Tengah Malam
Aku sudah melahap habis Dunia Kafka. Maksudku, bukunya,
tentunya. Yang benar saja aku memakan dunia surealis itu. Kini aku juga ingin
melahap Norwegian Wood. Di hari yang sama ketika aku memutuskan untuk membeli
Dunia Kafka, aku juga menemukan Norwegian Wood di rak yang berbeda. Memegangnya
dan membaca sinopsisnya. Menimbang-nimbang akankah kubawa pulang juga karya
Murakami-sensei satu ini. Pada akhirnya aku hanya membawa pulang Dunia Kafka
dan Physicic Detective Yakumo: Red Eye Knows. Ya, dua-duanya karya penulis asal
Jepang. Taka da yang salah, memang. Hanya saja aku baru sadar ternyata aku
punya banyak (tidak banyak juga sih) (ah sungguh kontradiksi) setidaknya
beberapa novel karya penulis Jepang. Seperti Totto-chan, Botchan, Zodiac
Murder, dan kini koleksi bertambah dengan adanya Dunia Kafka dan Yakumo. Pada
akhirnya aku tidak jadi membelinya. Mungkin lain waktu, pikirku. Akan
kuhabiskan Kafka ini, kalau menarik mungkin aku akan mencicip karya
Murakami-sensei lainnya.
Pada kesempatan lainnya di pekan berikutnya aku mengunjungi toko
buku lagi. Menemukan Norwegian Wood lagi. Memegangnya lagi. Membaca sinopsisnya
lagi, berusaha lebih meresapi makna sepotong cerita di halaman belakang buku
itu. Lalu melihat harganya. Sayangnya, aku sudah menggenggam 3 komik. Tidak
cukup. Andai aku jadi membawa dua lembar uang 100.000, aku bisa menambah
koleksi novelku saat itu. (dan menambah daftar buku yang belum terbaca olehku)
Kini aku sudah selesai membacanya. Tidak sepenuhnya paham.
Aku baru ingat karena alirannya memang surreal jadi mungkin saja tidak semua
unsur di dalamnya dituliskan untuk dipahami. Biarkan saja itu menjadi bagian
dari cerita. Demikian menurutku. Baru kali ini aku membaca novel dengan gaya
penulisan seperti ini. Menarik dan menghibur, ya meskipun ada beberapa bagian
yang tak dapat aku resapi dan maknai. Tapi justru itu yang menurutku menarik,
begitu banyak perumpamaan dan filosofi. Begitu banyak pesan implisit di dalamnya.
Entah kenapa aku suka saja hahaha. Lama-lama pegal juga aku menulis dengan gaya
seperti ini. Agak baku. Mungkin sudah lama tak seperti ini.
Mengapa pula keinginan menulisku selalu muncul di larut
malam. Ide dan kreativitas sering muncul di tengah malam. Kau juga menjadi
lebih terbuka di malam hari. Demikian pernyataan psikologis yang pernah aku
baca. Keheningan malam memang memberikan kesan tersendiri buatku. Tenang.
Terjaga ketika semua orang terlelap. Ya, mungkin ada juga yang masih terbangun,
menulis atau mengerjakan sesuatu sepertimu. Tapi tetap saja atmosfer di malam
hari terasa berbeda. Terlebih lagi jika aku sedang berada di kamar kos. Ketika
penghuni lainnya sedang pulang kampung. Hm..khusyuk. Dunia serasa milik
sendiri.
Aku menulis ini sembari mendengarkan lagu Mamoru Miyano.
Sudah lama tidak mendengar single-single yang baru-baru ini dia keluarkan.
Semakin melengkapi sesi ngalong-ku
kali ini.
Entah apa yang merasuki ku malam ini. Gaya menulis seperti
ini. Mungkin masih terpengaruh karena Dunia Kafka yang baru saja aku selesaikan
2 jam yang lalu. Mungkin juga tidak. Hanya ingin. Tiba-tiba ingin menuliskan
sebuah prosa atau puisi. Memuaskan hasrat gaya menulis seperti ini. Tapi tak
ada ide bagus kali ini. Kalau pun aku tetap mencoba menuliskannya, ketika aku membaca ulang aku tetap
tidak merasa puas dan merasa “Ini bukan aku” atau "Bukan seperti aku yang biasanya" atau "Benarkah aku yang menulis ini? Alay sekali." Sudahlah. Sudah malam. Mari
nikmati lebih banyak Mamoru Miyano. (dengan secuil scores karya Adam Young)
Komentar
Posting Komentar